BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Jauh
sebelum adanya teknologi komputer, sistem informasi manajemen (SIM) telah
digunakan oleh para pimpinan organisasi atau perusahaan, termasuk manajer dalam
upaya pengambilan keputusan. Namun demikian, proses pengambilan keputusan yang
dilakukan saat itu masih sangat sederhana. Segala sesuatunya masih berjalan
secara manual, masih lamban, karena semua data masih tersimpan dalam
lembaran-lembaran arsip yang bermacam ragam. Manakala sang pimpinan membutuhkan
berbagai informasi yang berhubungan dengan sesuatu yang harus diputuskan atau
diambil kebijakan, maka tidak ada cara lain kecuali membongkar semua arsip yang
dibutuhkan. Kalaupun arsip tersebut ditemukan, kadang kala tulisannya sudah
kabur, kertasnya sudah kusam, atau bahkan mungkin sudah rusak karena dimakan
rayap atau kutu buku dan sejenisnya. Pendek kata, proses pencarian arsip dan
dokumen yang dibutuhkan sebagai dasar dari pengambilan keputusan bagi sang
pimpinan sangatlah lamban dan membutuhkan waktu yang lama.
Demikian
gambaran proses sistem informasi manajemen kala itu, dimana teknologi komputer
belum ditemukan. Semuanya serba lamban, tidak efisien dan juga tidak efektif.
Dengan hadirnya teknologi komputer seperti sekarang ini, telah mengubah
segalanya. Data dan dokumen yang tadinya disimpan secara manual, sekarang
semuanya tersimpan secara digital, dengan sekali klik saja, semua dokumen dan
data dapat ditampilkan. Hanya dalam hitungan detik saja, data dapat disajikan.
Dengan kondisi demikian, tentu saja Sistem Informasi Manajemen (SIM) hanya
tinggal mempersiapkan substansinya saja, sedangkan wadah atau kerangkanya dapat
dipersiapkan melalui teknologi komputer. Namun demikian, hadirnya teknologi
komputer telah merubah persepsi orang kebanyakan. Apabila berbicara tentang
Sistem Informasi Manajemen, maka yang diingat adalah komputer dengan sebuah
sistem yang saling tersambung dengan berbagai jaringan dalam komputer tersebut.
Persepsi seperti ini tentu saja tidaklah semuanya benar, karena teknologi
komputer hanyalah sebuah wadah atau fasilitas, yang kehadirannya mempermudah
proses dalam Sistem Informasi Manajemen, sedangkan prinsip kerja dan basis dari
SIM itu sendiri adalah ilmu manajemen, karena memang SIM itu lahir dari
manajemen.
1.2
Rumusan Masalah
1. apa
yang dimaksud dengan sistem informasi ?
2. apa
yang dimaksud dengan pengambilan keputusan ?
3.
bagaimana aktivitas kerja sama antar computer ?
4. Bagaimana
Tugas Manajer dalam perusahaan dan hubungannya dengan Teknologi Informasi ?
5.
Bagaimana Tanggung jawab Manajer dalam Teknologi Informasi bagi organisasi ?
6. Apa
saja Peran SIM berbasis Komputer dalam Pengambilan Keputusan ?
1.3
Tujuan Penulisan
Untuk
mengetahui bagaimana peran SIM dalam pengambilan keputusan bagi suatu
organisasi atau perusahaan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Sistem Informasi
Menurut
Kadir (2003:54) sistem adalah sekumpulan elemen yang saling terkait atau
terpadu yang dimaksudkan untuk mencapai tujuan. Ackof dalam Effendy (1989:51)
mengatakan bahwa sistem adalah setiap kesatuan, secara konseptual atau fisik,
yang terdiri dari bagian-bagian dalam keadaan saling tergantung satu sama lain.
Sementara itu, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995:950) disebutkan bahwa
sistem mempunyai dua pengertian; (a) Seperangkat unsur yang secara teratur
saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas; dan (b) Susunan yang
teratur dari pandangan, teori, asas, dan sebagainya.
Dari
ketiga definisi di atas, terlihat bahwa masing-masing menekankan bahwa sistem
memakai pendekatan pada elemen atau komponen. Artinya, bahwa sistem haruslah
terdiri atas berbagai komponen/elemen yang saling berhubungan sehingga
membentuk satu kesatuan yang utuh. Sistem Informasi adalah aplikasi komputer
untuk mendukung operasi dari suatu organisasi: operasi, instalasi, dan
perawatan komputer, perangkat lunak, dan data. Sistem Informasi Manajemen
adalah kunci dari bidang yang menekankan finansial dan personal manajemen.
'Sistem Informasi' dapat berupa gabungan dari beberapa elemen teknologi
berbasis komputer yang saling berinteraksi dan bekerja sama berdasarkan suatu
prosedur kerja (aturan kerja) yang telah ditetapkan, dimana memproses dan
mengolah data menjadi suatu bentuk informasi yang dapat digunakan dalam
mendukung keputusan.
Menurut
Alter dalam Effendy (1989:11), sistem informasi adalah kombinasi antara
prosedur kerja, informasi, orang, dan teknologi informasi yang diorganisasikan
untuk mencapai tujuan dalam sebuah organisasi. Sedangkan menurut Wilkinson,
sistem informasi adalah kerangka kerja yang mengkoordinasikan sumber daya
(manusia, komputer) untuk mengubah masukan (input) menjadi keluaran
(informasi), guna mencapai sasaran-sasaran perusahaan.
Ilmu Informasi adalah ilmu yang mempelajari data dan informasi, mencakup bagaimana menginterpretasi, menganalisa, menyimpan, dan mengambil kembali. Ilmu informasi dimulai sebagai dasar dari analisa komunikasi dan basis data. Sistem Informasi adalah aplikasi komputer untuk mendukung operasi dari suatu organisasi: operasi, instalasi, dan perawatan komputer, perangkat lunak, dan data. Sistem Informasi Manajemen adalah kunci dari bidang yang menekankan finansial dan personal manajemen. 'Sistem Informasi' dapat berupa gabungan dari beberapa elemen teknologi berbasis komputer yang saling berinteraksi dan bekerja sama berdasarkan suatu prosedur kerja (aturan kerja) yang telah ditetapkan, dimana memproses dan mengolah data menjadi suatu bentuk informasi yang dapat digunakan dalam mendukung keputusan. Sistem informasi dapat pula membantu para manajer dan pegawai dalam hal menganalisa masalah dan juga dapat dipakai membuat produk-produk baru. Misalnya sistem informasi yang sederhana adalah sebuah sistem informasi yang digunakan untuk mengontrol inventaris pada sebuah toko sepatu. Masukan (input) untuk sistem tersebut dapat berupa penjualan sepatu-sepatu dan tagihan-tagihan sepatu. Proses yang dilakukan sistem tersebut dapat berupa memperbaharui inventaris sepatu. Keluaran (output) dari sistem itu bisa berupa laporan inventaris untuk masing-masing bentuk dan ukuran sepatu. Sistem informasi tersebut berfungsi untuk memproses transaksi jual beli sepatu.
Ilmu Informasi adalah ilmu yang mempelajari data dan informasi, mencakup bagaimana menginterpretasi, menganalisa, menyimpan, dan mengambil kembali. Ilmu informasi dimulai sebagai dasar dari analisa komunikasi dan basis data. Sistem Informasi adalah aplikasi komputer untuk mendukung operasi dari suatu organisasi: operasi, instalasi, dan perawatan komputer, perangkat lunak, dan data. Sistem Informasi Manajemen adalah kunci dari bidang yang menekankan finansial dan personal manajemen. 'Sistem Informasi' dapat berupa gabungan dari beberapa elemen teknologi berbasis komputer yang saling berinteraksi dan bekerja sama berdasarkan suatu prosedur kerja (aturan kerja) yang telah ditetapkan, dimana memproses dan mengolah data menjadi suatu bentuk informasi yang dapat digunakan dalam mendukung keputusan. Sistem informasi dapat pula membantu para manajer dan pegawai dalam hal menganalisa masalah dan juga dapat dipakai membuat produk-produk baru. Misalnya sistem informasi yang sederhana adalah sebuah sistem informasi yang digunakan untuk mengontrol inventaris pada sebuah toko sepatu. Masukan (input) untuk sistem tersebut dapat berupa penjualan sepatu-sepatu dan tagihan-tagihan sepatu. Proses yang dilakukan sistem tersebut dapat berupa memperbaharui inventaris sepatu. Keluaran (output) dari sistem itu bisa berupa laporan inventaris untuk masing-masing bentuk dan ukuran sepatu. Sistem informasi tersebut berfungsi untuk memproses transaksi jual beli sepatu.
2.2
Pengambilan Keputusan
Kehidupan
manajer dipenuhi dengan serangkaian pembuatan (pengambilan) keputusan-keputusan
untuk investasi, menaikkan harga jual, mengambil tindakan terhadap karyawan
yang sering terlambat, pemilihan lokasi gudang baru yang harus dibangun, dan
masalah-masalah besar ataupun kecil lainnya di mana manajer harus membaut
keputusan tindakan apa yang diambil – atau paling tidak menugaskan orang lain
untuk memutuskan. Kegiatan-kegiatan pelaksanaan hasil keputusan itu sendiri
biasanya dilaksanakan oleh orang-orang lain (Handoko, 2003:129).
Pengambilan
keputusan adalah kegiatan yang pada hakikatnya adalah pemilihan alternatif.
Proses pemilihan itu dapat sederhana, dapat pula kompleks. Keputusan yang
diambil mungkin tidak menyangkut banyak pihak tetapi dapat pula membawa
konsekuensi bagi pihak lain, sehingga perlu pertimbangan yang lebih dalam pada
saat seseorang manajer akan memutuskannya.
Simon
dalam Sudibyo (2001:226) menggolongkan pengambilan keputusan menjadi dua
golongan yaitu yang terprogram dan tak-terprogram. Pengambilan keputusan yang
terprogram menyangkut masalah yang berstruktur dan berulang sifatnya. Untuk
keputusan yang demikian ini, kondisi yang memerlukan pengambilan keputusan dan
alternatif yang harus diambil sudah jelas sehingga dapat disusun program atau
kegiatan standarnya. Sedangkan keputusan yang tak-terprogam menyangkut masalah
yang kompleks, informasi yang diperlukan untuk pengambilan keputusan itu tidak
jelas atau mengandung ketidakpastian. Pengambilan keputusan yang seperti ini
memerlukan usaha coba-coba (trial and error), dengan mengubah skenario,
menambah, mengurangi, atau mengubah informasi tertentu, sehingga diperoleh
alternatif yang memuaskan menurut pengambilan keputusan.
2.3
Aktivitas kerja sama antar Komputer
Pada
mulanya, sebuah komputer hanya dapat dipergunakan secara individual (stand
alone) semata. Namun perkembangan teknologi digital telah memungkinkan sebuah
komputer untuk dapat berkomunikasi dengan komputer lain. Secara sederhana,
dengan menggunakan sebuah kabel dan port komunikasi, dua buah komputer dapat
dihubungkan dan saling bekerjasama. Jika dua buah komputer (A dan B) saling
dihubungkan, maka hal-hal yang dapat dilakukan antara lain:
•
Komputer A dapat mengakses file-file yang ada di Komputer B;
•
Komputer A dapat mengakses disk drive dari Komputer B;
•
Komputer A dapat mengirimkan data ke Komputer B;
•
Komputer A dapat menggunakan printer yang terhubung di Komputer B;
•
Komputer A dapat melihat status konfigurasi dari Komputer B beserta
aktivitasnya, dan lain sebagainya.
Dengan
prinsip di atas, maka dapat dikembangkan suatu jaringan komputer dimana di
dalamnya terhubung lebih dari satu buah komputer sehingga antar komputer
tersebut dapat saling tukar menukar fasilitas dan sumber daya. Yang dimaksud
dengan sumber daya di sini adalah berbagai komponen-komponen sebuah komputer
seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, seperti: peralatan input, peralatan
output, central processing unit, memori primer, memori sekunder, dan lain
sebagainya. Untuk dapat membuat beberapa komputer terhubung dengan jaringan dan
saling bekerjasama, dibutuhkan komponen-komponen sebagai berikut:
Komputer-komputer yang ingin saling dihubungkan dan bekerjasama; Kartu jaringan
(network card) yang terdapat pada masing-masing komputer (misalnya tipe
ethernet card); Hub yaitu sebuah peralatan yang memiliki beberapa lubang
koneksi (connection port); Kabel transmisi digital (misalnya jenis UTP); dan
Perangkat lunak sistem operasi dan aplikasi yang memiliki fitur jaringan dan
diinstalasi pada masing-masing komputer. Harap diperhatikan di sini bahwa pada
awal mulanya diperkenalkan konsep jaringan, aspek kompatibilitas menjadi isu
utama. Namun dengan kemajuan teknologi informasi dewasa ini, berbagai kendala
ketidakseragaman tersebut telah dapat dipecahkan melalui berbagai macam cara
(seperti standarisasi internasional) yang memungkinkan berbagai jenis komputer
yang berbeda untuk dapat saling berkomunikasi dan bekerja sama. Berikut adalah
diagram arsitektur jaringan sederhana dari beberapa buah komputer dengan
komponen-komponen terkait.
2.4
Tugas Manajer dalam perusahaan dan hubungannya dengan Teknologi Informasi
Secara
garis besar, sehubungan dengan teknologi informasi, SDM di perusahaan dapat
dibagi menjadi dua kelompok besar. Kelompok pertama adalah kumpulan dari mereka
yang merupakan para pengguna (user) teknologi informasi yang dimiliki. Termasuk
di dalam kelompok ini seluruh jenjang SDM dari staf sampai dengan pimpinan
puncak. Seluruh SDM ini dalam kesehariannya terlibat langsung dalam penggunaan
teknologi informasi sebagai sarana penunjang dan pendukung aktivitas pekerjaan
mereka sehari-hari. Kelompok kedua adalah mereka yang bertanggung jawab
terhadap perencanaan dan pengembangan teknologi informasi di perusahaan. Tugas
utama dari mereka yang berada di dalam kelompok ini adalah: (1) Menyusun
perencanaan strategis (masterplan) mengenai pengembangan sistem dan teknologi
informasi perusahaan, lengkap dengan cetak birunya (blue print); (2)
Mendefinisikan secara detail kebutuhan sistem informasi perusahaan, terutama
kebutuhan spesifik dari masing-masing individu yang ada; (3) Menyediakan
teknologi informasi yang sesuai dengan kebutuhan detail yang telah
didefinisikan tersebut; (4) Memelihara dan mengembangkan teknologi informasi
yang dimiliki perusahaan agar selalu up-to-date dan dapat dipergunakan oleh
seluruh SDM perusahaan; (5) Mengelola hubungan kemitraan dengan pihak-pihak di
luar perusahaan (vendor) yang bekerja sama dalam hal pengembangan teknologi;
dan (6) Memonitor dan mengawasi berbagai hal terkait dengan manajemen atau
proses pengelolaan aset teknologi informasi. Untuk menjalankan serangkaian
tugas tersebut, biasanya dikenal berbagai jabatan profesional, seperti: chief
executive officer, information technology manager, system analyst, programmer,
project manager, dan lain sebagainya –yang masing-masing memiliki kompetensi
dan keahlian khusus sehubungan dengan teknologi informasi.
Kelompok
kedua yang dimaksudkan dalam penjelasan di atas adalah para manajer dalam
perusahaan. Agar tugas para manajer tersebut dapat berjalan dengan baik, dengan
cepat, akurat dan dapat dipertanggungjawabkan, maka diperlukan berbagai
informasi. Informasi yang diperlukan dalam hal ini adalah informasi yang telah
diolah sedemian rupa melalui sistem informasi manajemen. Sistem informasi
manajemen akan sangat berarti apabila didukung oleh teknologi komputer yang
sudah sangat canggih perkembangannya.
2.5
Tanggung jawab Manajer dalam Teknologi Informasi bagi organisasi
Adalah
umum bagi perusahaan-perusahaan besar yang kinerjanya sangat bergantung pada
kehandalan teknologi informasi memiliki seorang manajer eksekutif di bidang
sistem informasi. Eksekutif yang paling bertanggung jawab terhadap perencanaan
dan pengembangan teknologi informasi di perusahaan ini dikenal sebagai CIO
(Chief Information Officer) atau Manajer Senior di bidang Sistem dan Teknologi
Informasi. Kalau di dalam format PT (Perusahaan Terbatas) di Indonesia, CIO
kurang lebih setara dengan Direktur (dalam jajaran direksi perusahaan) yang
langsung bertanggung jawab kepada Presiden Direktur. Apakah tugas dari seorang
CIO? Tugas utama yang merupakan tanggung jawab eksekutif lain dalam jajaran
direksi adalah mempelajari dan memahami secara menyeluruh dan mendetail bisnis
yang digeluti perusahaan. Kalau dahulu manajemen inti cukup mempelajari semua
komponen internal perusahaan (khususnya sehubungan dengan produk-produk atau
jasa-jasa yang ditawarkan), saat ini hal tersebut tidaklah cukup. Persaingan
yang begitu cepat dan lingkungan bisnis yang sangat dinamis mengharuskan
eksekutif perusahaan untuk selalu memantau dan mempelajari aspek-aspek di luar
perusahaan (eksternal) secara intens dan terus-menerus, terutama yang berkaitan
dengan perilaku pasar (market) dan pelanggan. Setidak-tidaknya untuk dewasa ini
ada tujuh cara yang terbukti efektif untuk mempelajari hal internal dan
eksternal perusahaan. Ketujuh cara tersebut adalah:
1) Memiliki
armada SDM yang secara berkala mempelajari keadaan pasar dan komponen eksternal
lainnya;
2)
Mempelajari secara mendalam proses-proses penciptaan produk atau jasa yang
ditawarkan perusahaan;
3) Mengundang bagian-bagian lain dalam perusahaan untuk berdiskusi secara berkala;
3) Mengundang bagian-bagian lain dalam perusahaan untuk berdiskusi secara berkala;
4)
Menghadiri seminar-seminar yang berhubungan dengan industri terkait;
5)
Membaca secara aktif publikasi-publikasi yang berkaitan dengan produk, jasa,
dan industri dimana perusahaan yang bersangkutan berada;
6)
Menjadi anggota forum-forum bisnis maupun akademis terkait; dan
7)
Menjalin komunikasi aktif dan konsisten dengan para manajer lini perusahaan.
2.6
Peran SIM berbasis Komputer dalam Pengambilan Keputusan
Nilai
suatu informasi berhubungan dengan keputusan. Hal ini berarti bahwa bila tidak
ada pilihan atau keputusan, informasi menjadi tidak diperlukan. Keputusan dapat
berkisar dari keputusan berulang yang sederhana sampai keputusan strategis
jangka panjang. Sedangkan parameter untuk mengukur nilai sebuah informasi
tersebut menurut Wahyono (2003), ditentukan dari dua hal pokok yaitu manfaat
(benefit) dan biaya (cost). Suatu informasi dikatakan bernilai bila manfaatnya
lebih efektif dibandingkan dengan biaya untuk mendapatkannya dan sebagian besar
informasi tidak dapat tepat ditaksir keuntungannya dengan satuan nilai uang,
tetapi dapat ditaksir nilai efektivitasnya. Dapat pula dikatakan bahwa
pengukuran nilai sebuah informasi akan lebih tepat jika menggunakan analisis
cost effectiveness atau cost benefit. Sedangkan kualitas informasi sangat
dipengaruhi atau ditentukan oleh 3 hal pokok, yaitu relevancy, accuracy dan
timelinness.
Pertama,
relevansi (relevancy). Informasi dikatakan berkualitas jika relevan bagi
pemakainya. Pengukuran nilai relevansi, akan terlihat dari jawaban atas pertanyaan
“how is the message used for problem solving (decision masking)?” Informasi
akan relevan jika memberikan manfaat bagi pemakainya. Relevansi informasi untuk
tiap-tiap orang satu dengan yang lainnya berbeda. Misalnya informasi mengenai
hasil penjualan barang mingguan kurang relevan jika ditujukan pada manajer
teknik, tetapi akan sangat relevan bila disampaikan pada manajer pemasaran.
Kedua,
akurasi (accuracy). Sebuah informasi dapat dikatakan akurat jika informasi
tersebut tidak bias atau menyesatkan, bebas dari kesalahan-kesalahan dan harus
jelas mencerminkan maksudnya. Ketidak-akuratan sebuah informasi dapat terjadi
karena sumber informasi (data) mengalami gangguan atau kesengajaan sehingga
merusak atau merubah data-data asli tersebut. Beberapa hal yang dapat
berpengaruh terhadap keakuratan sebuah informasi antara lain adalah : (1)
Kelengkapan (completeness) informasi. “Are necessary message items present?”
Informasi yang komplit, berarti informasi yang dihasilkan atau dibutuhkan harus
memiliki kelengkapan yang baik, karena bila informasi yang dihasilkan
sebagian-sebagian tentunya akan mempengaruhi dalam pengambilan keputusan atau
menentukan tindakan secara keseluruhan, sehingga akan berpengaruh terhadap
kemampuannya untuk mengontrol atau memecahkan suatu masalah dengan baik. (2)
Kebenaran (correctness) informasi. “Are message items correct?” Informasi yang
dihasilkan oleh proses pengolahan data, haruslah benar sesuai dengan
perhitungan-perhitungan yang ada dalam proses tersebut. Sebagai contoh, jika sebuah
informasi menunjukkan total nilai gaji yang harus dibayarkan pada seorang
pegawai, maka informasi tersebut haruslah sudah benar dan memuat
perhitungan-perhitungan matematis yang ada di dalam prosesnya seperti
perhitungan tunjangan, perhitungan potongan dan sebagainya. (3) Keamanan
(security) informasi. Keamanan sebuah informasi, tergambar dari jawaban atas
pertanyaan “Did the message reach all or only the intended systems users ? “
Ketiga,
tepat waktu (timeliness). Bahwa informasi yang dihasilkan dari suatu proses
pengolahan data, datangnya tidak boleh terlambat (usang). Informasi yang
terlambat tidak akan mempunyai nilai yang baik, sehingga kalau digunakan
sebagai dasar dalam pengambilan keputusan dapat menimbulkan kesalahan dalam
tindakan yang akan diambil. Kebutuhan akan tepat waktunya sebuah informasi
itulah yang pada akhirnya akan menyebabkan mahalnya nilai suatu informasi. Hal
itu dapat dipahami karena kecepatan untuk mendapatkan, mengolah dan mengirimkan
informasi tersebut memerlukan bantuan teknologi-teknologi terbaru. Artinya,
agar informasi yang diproses dapat menghasilkan informasi yang bernilai dan
berkualitas, maka diperlukan seperangkat alat pemrosesan data yang canggih,
alat tersebut sekarang ini disebut dengan komputer. Pemanfaatan computer
sekarang ini sudah menjadi kebutuhan, bahkan SIM tidak bisa lagi dipisahkan
dengan computer, bila bicara tentang SIM maka pasangannya adalah computer.
Posisi computer dalam SIM bagaikan dua sisi mata uang yang dapat dibedakan
tetapi tidak dapat dipisahkan. Namun demikian, tetap saja bahwa SIM bukanlah
computer atau sebaliknya.
Berdasarkan
uraian tersebut di atas, nyata bahwa SIM berbasis komputer dapat meningkatkan
nilai dan kualitas informasi. Artinya, apabila pihak manajemen dalam organisasi
atau perusahaan dapat memanfaatkan komputer dalam SIM-nya, maka sang manajer
atau pimpinan organisasi/pengambil keputusan (decision maker) dapat
memperoleh/mendapatkan informasi (sebagai bahan dalam pengambilan keputusan)
yang bermutu, bernilai dan berkualitas, yaitu informasi yang relevan bagi
perusahaan/organisasi, yang akurat dan tentu saja informasi yang tepat waktu
atau tidak basi atau kadaluarsa.
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Berdasarkan
uraian sebelumnya, bahwa hadirnya teknologi komputer telah memberikan
kontribusi yang sangat positif dalam sistem informasi manjemen. Bagi manajer,
kehadiran komputer dalam SIM bukan saja memberikan kontribusi positif, lebih
jauh dari itu, proses pengambilan keputusan menjadi lebih mudah dan murah.
Sehubungan
dengan hal uraian tersebut di atas, maka dapat diambil beberapa kesimpulan; (1)
bahwa SIM bukanlah komputer, ia merupakan pengembangan dari ilmu manajemen dan
telah ada jauh sebelum hadirnya komputer; (2) bahwa SIM merupakan metode bagi
para pimpinan perusahaan/manajer dalam upaya pengambilan keputusan yang dapat
dipertanggunjawabkan; (3) bahwa hadirnya teknologi komputer telah membawa
perubahan besar bagi aktivitas Sistem Informasi Manajemen; (4) bahwa SIM yang
berbasis komputer dapat menyajikan informasi (sebagai bahan dalam pengambilan
keputusan) yang mermutu, bernilai dan berkualitas, yaitu informasi yang relevan
bagi perusahaan/organisasi, yang akurat dan tentu saja informasi yang tepat
waktu atau tidak basi atau kadaluwarsa; (5) bahwa dengan aktivitas SIM yang
berbasis komputer, para pimpinan perusahaan/manajer dapat lebih mudah, murah,
efisien dan efektif dalam upaya pengambilan keputusan, termasuk di dalamnya
dalam melakukan fungsi-fungsi manajemen, seperti perencanaan (planning),
pengorganisasian (organizing), penggerakkan (actuating), dan pengawasan
(controlling).
3.2
Saran
Dalam makalah ini mungkin terdapat
banyak kesalahan, oleh karna itu kami sebagai penulis sangat mengharapkan
kritik serta saran dari para pembaca sekalian guna penyempurnaan makalah ini.
DAFTAR
PUSTAKA